SELAT PANJANG (RIAUPOS.CO) -- Badan Restorasi Gambut (BRG) RI berniat melakukan eksplorasi dalam pengembangan potensi industri sagu di Kepulauan Meranti.
Selain mendukung ketahanan pangan nasional, perkebunan sagu sejalan dengan penguatan kapasitas pengolahan lahan gambut.
Mereka akan memadukan sagu dengan tanaman hutan melalui pembuatan demplot agroforestry. Projek itu dilaksanakan di Desa Bagan Melibur, Kecamatan Tasik Putri Puyu.
Demikian disampaikan Plh Deputi II BRG RI Soesilo Indarto, ketika bertemu dengan Bupati Meranti Drs H Irwan MSi, Senin (26/10) malam.
Kehadirannya ikut didampingi oleh Kasubpokja Riau BRG Sarjono Budi, Tenaga Ahli Silvikultur BRG Harri Kuswondho, Tenaga Ahli Silvikultur BRG Fransiskus Harum Dosen Fak. Peternakan IPB Heri Sukria, Technical Assistant to Deputi II BRG Putri Rengganis, Staff Plh. Deputi Agni Agrasevy, Tenaga Teknis Bidang Peternakan BRG Riau Zakey dan Lasmaria Dora.
Soesilo menjelaskan, BRG telah melakukan penguatan kapasitas tentang teknik pengolahan lahan dengan memadukan sagu dengan tanaman hutan kayu melalui deplot agroforestry. Adapun jenis tanaman kayu yang digunakan adalah kayu jenis Meranti, Bakau, Jelutung, Pulai, Balam dan Kelat. Sementara untuk tanaman perkebunan nanas serta jahe.
Untuk menyukseskan program ini, dia mengaku jika BRG melakukan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan KPH Tebingtinggi, PPL, fasilitator desa serta masyarakat setempat yang berdomisili Desa Bagan Melibur, Mekar Sari dan Sungai Anak Kamal Kepulauan Meranti.
"Selain melakukan penguatan kapasitas tentang teknik pengolahan lahan, kami juga melakukan kajian partisipatif sagu parut kering (Sapuring) sebagai bahan pakan ternak," ujarnya.
Di sini BRG mencoba untuk menguji formula pakan ternak berbasis Sapuring terhadap ternak bebek petelur, sapi, dan ayam melalui pembangunan femplot dan dukungan mesin pengolah sagu dan pakan ternak.
Bupati Kepulauan Meranti Drs H Irwan MSi, menyambut baik pelaksanaan kegiatan tersebut. Menurutnya dalam pengembangan potensi itu tidak bisa hanya dilakukan oleh Pemda saja, tapi harus ada campur tangan pusat. Salah satunya BRG RI.
Sejauh ini dalam pengembangan potensi itu, mereka dibentur ketika produksi sagu melimpah terjadi penurunan permintaan pasar yang mengakibatkan melemahnya harga. "Dengan begitu tentunya tak baik bagi upaya peningkatan kesejahteraan petani," ujarnya.(gem)
Laporan: WIRA SAPUTRA (Selatpanjang)